Workshop Departemen Musik Dewan Kesenian Jawa Timur 2021

(Departemen Musik)

Selasa 13 Juli 2021, Ruang Rapat Dewan Kesenian Jawa Timur

Strategi untuk industri kreatif instrument musik Jatim amat penting di masa pandemi ini. Untuk itu Departemen Musik Dewan Kesenian Jawa Timur menggelar workshop. Dalam pertunjukan musik, terdapat komponen-komponen penting yang menjadi komponen vital, salah satunya yaitu instrument musik.

Departemen Musik DKJT Redy Eko Prasetyo, Evi Destiana dan Abdu mengulas itu kepada Redaksi Selasa (13/7/2021). Menurut Redy Eko Prasetyo, keberadaan instrument musik di tengah industri kreatif musik masih berada pada posisi eksklusif. Instrument musik merupakan produk tersier yang tidak dibeli setiap bulan seperti kebutuhan pokok. Sekali membeli, orang akan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk mengalokasikan dana kembali.

“Keberadaan para pengrajin instrument musik tentu semakin sulit di masa pandemik sekarang ini. Menyikapi hal tersebut, maka kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk berdiskusi dan mendapatkan solusi agar ekosistem industri kreatif instrument musik khususnya yang ada di Jawa Timur dapat terus berjalan,” urai Redy sapaan akrabnya.

Menurut dia, workshop departemen musik ini untuk menciptakan ruang komunikasi antara Dewan Kesenian Jawa Timur. Khususnya Departement Musik dengan seniman pengrajin alat musik (instrument builder). Lalu seniman musik sebagai pengguna instrument musik, Dewan Kesenian kota dan kabupaten. Serta lembaga hukum dan Kamar Dagang Industri (KADIN). Juga untuk mengumpulkan sekaligus pendataan para seniman musik dan pengrajin instrument musik di Jawa Timur.

“Serta menyatukan spirit pergerakan para seniman musik dan pengrajin instrument musik untuk bangkit dan bertahan di masa pandemi,” jelasnya.

Workshop Musik Demi Dialog yang Dinamis

Evi Destiana menambahkan, workshop ini bertujuan agar terjadi dialog yang dinamis antar personal dan lembaga-lembaga tersebut. Kemudian juga menjaring ide-ide kreatif yang dapat diadopsi maupun dikembangkan untuk menghadapi masa pandemi. Serta berbagi spirit dan inspirasi yang dapat direplikasi dan dikembangkan di daerah lain.

“Tema yang kami angkat “Strategi Membangkitkan Ekosistem Industri Kreatif Instrument Musik di Jawa Timur Pada Masa Pandemi”. Acara ini diselenggarakan di dalam rangkaian  Jatim Art Forum yang akan dilaksanakan di Komplek Taman Budaya Jawa Timur pada petengahan bulan oktober nanti,” urainya.

Pelaksanaan workshop secara online, mengingat semakin meningkatnya kasus Covid-19 di Jawa Timur saat ini. Acara ini berlangsung selama satu hari, yaitu tanggal 13 Juli 2021 Pukul 08:30 – 13:00 WIB. Adapun untuk Host dan Moderator berada di Ruang Rapat Dewan Kesenian Jawa Timur.

Di tempat yang sama, Abdu menerangkan sejumlah catatan penting dalam workshop. Sebelum sesi diskusi dibuka dengan sambutan dari perwakilan Presidium Nonot Sukrasmono.  Adapun narasumber dalam workshop: Arik Sugiantoro (Pengerajin Instrument Musik Tradisional / Malang), Joko Porong (Musik Komposer / Surabaya), Wahyu Dwiyono (Produsen Gamelan/ Magetan), Edi Purwanto (Wakil Ketua Kamar Dagang Industri Jatim), Rohmad Amrullah (Departemen Hukum dan Ham DK Jatim). Dengan moderator  Nasar Albatati selaku Wakil Sekretaris DK Jatim.

Pekerja Seni Ciptakan Metode Baru

Kata Nasar Albatati ketika memulai diskusi, bencana Covid-19 meluluh-lantahkan hampir semua sendi kehidupan, tak luput juga kesenian yakni teater, musik, tari, film, rupa. Virus itu nyaris menghentikan laju perkembangan seni sampai sekarang bahkan mematikan praktek penciptaan maupun pertunjukan seni yang berlangsung normal sebelumnya. Virus telah memaksa para  pelaku seni menciptakan praktik-metode baru, tradisi baru. Bahkan aktivisme  baru dalam berkarya di luar kebiasaan normal yang sudah nyaman biasa mereka lakukan selama ini.

“Dengan kata  lain,  bencana  telah  membuat  para   seniman   takluk   dan   tunduk   untuk menaati (aturan) covid jika tak hendak terpapar dan ‘mati’ olehnya,”ujarnya.

Kreasi dalam masa pandemi ini, kata Arik Sugiantoro, upaya dalam melestarikan alat musik gamelan di antaranya memproduksi dan memasarkan gamelan via online. Lalu bermain gamelan di ruang-ruang public (Online). Joko Porong menambahkan, ancaman terbesar dari pandemi  adalah ketika resesi ekonomi yang saat ini sudah mulai terjadi dan berdampak secara langsung pada kehidupan para pekerja seni.

“Di masa pandemi pekerja seni mulai memproduksi karya di rumah masing-masing bisa wujud proses cover lagu, elektronik atau bahkan kolaborasi. Dari akvitas di rumah  ini membentuk jaringan jaringan baru dalam logika digital yang bisa menyambungkan para pekerja seni  ini dengan pekerja seni lain di luar sana,” terangnya.