Sayembara Manuskrip Buku Puisi 2021

(Departemen Sastra)

Senin 12 Juli 2021, Di Ruang Rapat Dewan Kesenian Jawa Timur

Juara Sayembara Manuskrip Buku Puisi 2021 telah berhasil terseleksi oleh dewan juri. Sayembara ini menjadi agenda Departemen Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur. Tujuannya untuk menjaring naskah buku puisi. Yang merepresentasikan latar kultur, sejarah, latar geografis, dan kehidupan sosial masyarakat Jawa Timur.

Melalui diskusi dan penilaian yang sangat ketat oleh para Dewan Juri. Terpilih pemenang atau juara Sayembara Manuskrip Buku Puisi 2021.

Juara Sayembara Manuskrip

A. Juara 1 : S.Yoga dengan naskah berjudul “Pelancong”

B. Juara 2 Rizki Amir dengan naskah berjudul “Biografi Kendi”

C. Juara 3 : A.Syauky Sumbawi dengan naskah berjudul “waktu pintu batu”

Dari seluruh naskah yang masuk, memang yang tampak “matang” dan “press klaar” ialah naskah ‘Pelancong’. Puisi-puisinya bersahaja dan sublim. Pengucapannya relatif matang dan tenang. Tidak terhanyut atau “taklid buta” kepada gaya pengucapan atau langgam penyair mapan, seperti GM, Sapardi, atau Afrizal, yang tampak dominan pada peserta lain.

Dewan Juri masih mendapati manuskrip-manuskrip lain yang menunjukkan potensi bagus. Atas persetujuan Pengurus DK Jatim, Dewan Juri menambahkan kategori “5 Karya Unggulan”.

Lima Karya Unggulan Sayembara Manuskrip Buku Puisi 2021

(1) Ali Ibnu Anwar berjudul ‘Tanah Tanpa Biografi’

(2) Ebi Langkung berjudul ‘Tanean Lanjang’

(3) Kuspriyanto judul ‘Jati’

(4) Mohamad Saroni judul ‘Merawat Masa Lalu’

(5) Raedu Basha judul ‘Wisata Desa Billapora dalam Sajak.

Indra Tjahyadi dari Departemen Sastra DKJT menjelaskan terkait proses penjurian kepada ,media ini, Senin (12/7/2021). Pada Tanggal 14 Juli 2021 ada presentasi karya oleh pemenang tiga Sayembara Buku Puisi. Sekaligus penandatanganan MoU antara Pemenang Lomba dengan Departemen Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur.

Presentasi Para Pemenang

Presentasi dari S Yoga dengan naskah “Pelancong”. Penulis sadar betul bahwa ia tengah menjadi/ berposisi sebagai “pengamat” sekaligus “pencatat” bagi “lokalitas” dalam puisinya. Lokalitas yang demikian, benar-benar bisa dikenali/ diindra (berupa tempat-tempat nyata di Jawa Timur dan renik-perniknya) sebagai alas atau geografis puisi. Bukan wacana atau kisah sejarah yang sudah “klise”. Sebab telah jutaan kali diulang-ulang dalam dongeng, mitologi, dan legenda. Gaya puitika naskah ‘Pelancong’ ini sudah “konvensional”. Sublimitasnya sangat terjaga. Dan itulah nilai penting puisi.

Lalu, Rizki Amir dengan naskah ‘Biografi Kendi. Sublimitas hadir dalam fragmen-fragmen puitik yang lembut dan cenderung prosaik. Naskah ini dinilainya menyimpan prismatisitas yang menawarkan beragam arah tafsir. Penulis mengelola flora dan fauna, dongeng dan mitologi, dengan tekun dan terukur. Mampu menghasilkan puisi yang membaurkan fakta (baca: lokalitas) dan fiksi (baca: imajinasi), sejarah dan racauan.

Ketiga, A. Syauky Sumbawi dengan naskah berjudul “waktu pintu batu. Karyanya menampakkan kelihaian penulis  dalam meleburkan data sejarah, tradisi lokal Jawa Timur, khususnya di kawasan pesisiran dengan tubuh puisi. Penulis mengeksplorasi ritme pengucapan. Sehingga tercipta musikalitas puitik. Kadang dengan ritme cepat, kadang lambat, kadang ritmis berulang. Lagu kalimat kadang mengalun, tiba-tiba berbelok cepat, spontan dan memberi efek kejutan. Hal-hal itu mengingatkan pada tipikal masyarakat pesisiran yang cenderung berkultur terbuka. Suka bersuara lantang, konon jika tidak lantang, suara warga pesisiran kalah keras atau tertelan oleh gemuruh ombak.

“Sudah diberitahukan sejak awal pengumuman Sayembara Buku Puisi 2021, Juara 1 mendapatkan Rp. 2.500.000,- dan karyanya akan dicetak dan dipublikasikan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur, Juara 2  mendapatkan Rp. 1.500.000,- , dan Juara 3 mendapatkan Rp. 1.000.000,” pungkas Indra Tjahyadi.